NEVER EAT ALONE, pada pandangan pertama membuat saya terpesona. Baca ringkasan dibelakang buku membuat jatuh cinta.
Never eat alone merupakan karya Keith Ferrazzi dan Tahl Ra.
Published pertama pada tahun 2005 dan 9 tahun kemudian yaitu tahun 2014, isinya bertambah dan judulnya menjadi Never eat alone, expanded and updated dengan harga yang sangat murah untuk buku sekelas ini yaitu Rp 155,000.
Membaca buku ini, Keith Ferrazzi sang jagoan marketing, seakan - akan kita menghadiri langsung mengikuti seminar pengembangan diri, marketing, dan network bagi semua orang tanpa ada batasan latar belakang. Karena pada dasarnya, kita, seorang pribadi, never eat alone. Jangan pernah tidak menjalin hubungan kapan pun dan dimana pun.
Rekomendasi untuk membawa buku ini sebagai teman; sembari membaca disaat melakukan perjalanan. Buku ini menjadi panduan untuk selalu memberikan kesempatan dimana saja dan kapan saja untuk menjalin hubungan, membangun komunikasi. Suatu saat teringat membawa buku ini ke Malaka saat menemani kedua orang tua, ibu kala itu yang harus di operasi segera mungkin. Lalu juga membawa saat liburan keluar kota atau pun menyebrangi lautan luas.
Foto ini disamping adalah 2 dari banyak yang saya sukai. Buku, tentu saja Never Eat Alone dan Dunkin Dounats. Disela-sela waktu setelah latihan vokal persiapan Festival Paduan Suara dan Musik Gerejawi, Pesparawi Nasional 2018 di Pontianak, merehatkan diri dengan cara mencari suasana yang enak agar dapat merilekskan diri sembari membaca, ditambah satu donat dan cappuccino - tidak lupa less brown sugar dan sedikit es. Dan tentu saja, public space adalah tempat dengan leluasa memperhatikan dan mempelajari interaksi yang terjadi didalam dan diluar karena banyak kesempatan di tempat baru.
“Wherever you are in life right now, and whatever you know, is a result of the ideas, experiences, and people you have interacted with in your life,”
―
―
No comments: