Menjadi pintar dan cerdas bisa jadi merupakan hasil kerja keras belajar atau memang bawaan dari lahir dengan IQ tinggi. Pintar dan cerdas memberikan keunggulan banyak hal dalam kehidupan namun tidak bisa mencegah melakukan kebodohan akibat dari kebiasaan salah.
Berikut 8 hal kebiasaan tanpa
disadari ataupun secara sadar yang mana alih-alih membuat semakin pintar dan
cerdas, malah jadi tampak bodoh ataupun bertindak bodoh :
1. Kurang tidur. Jika Anda sering
menunda waktu tidur karena menonton film favorit atau membalas beberapa pesan
masuk (yang akhirnya sering berakhir dengan berselancar di internet), sebaiknya
hentikan segera.
Seperti dilansir Psyblog, otak
yang mengantuk dan lelah harus bekerja lebih keras, sementara ingatan jangka
pendek dan jangka panjang memburuk. Kita jadi sulit memusatkan perhatian dan
membuat perencanaan. Kurang tidur tidak hanya akan membuat Anda menjadi lebih
bodoh, tetapi juga menjadi tidak berwibawa.
2. Terlalu banyak gula. Menurut
jurnal Neurology, orang yang secara fisik sehat, tetapi memiliki kadar gula
dalam darah yang tinggi memiliki masalah dengan kinerja otak. Misalnya daya
ingat yang berkurang.
Penelitian menyimpulkan, tanpa
mengalami diabetes type 2 atau terganggunya toleransi tubuh terhadap gula,
kadar gula yang tinggi berdampak negatif terhadap kemampuan kognitif, khususnya
pada bagian pada otak yang relevan dengan proses belajar.
3. Multitasking. Mengerjakan
beberapa kegiatan dalam satu waktu dapat mengganggu kinerja otak, terutama
pusat emosi dan kognitif. Bagian ini melibatkan empati, dan pengambilan
keputusan. Misalnya menggunakan laptop, telepon dan alat-alat lain secara
bersamaan, atau menyetir sambil menelepon yang berisiko mengalami kecelakaan.
Multitasking juga termasuk
kegiatan mendengarkan musik, sambil bermain video gim. Juga berbicara di
telepon atau membaca koran dengan televisi dalam keadaan menyala. Studi yang
perlu pendalaman ini selaras dengan studi-studi sebelumnya, bahwa multitasking
berhubungan dengan masalah emosi, seperti gelisah atau depresi.
4. Diet tinggi lemak.
Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan untuk menyesuaikan dan beradaptasi
dengan perubahan situasi. Misalnya, kita tidak dapat segera menemukan jalan
alternatif untuk menuju rumah atau kantor, ketika jalan yang biasa kita lalui
ditutup karena terjadi sesuatu. Diet yang terlalu ketat untuk konsumsi lemak
dapat mengganggu kemampuan berpikir secara fleksibel, atau fleksibilitas
kognitif pada otak.
5. Tergantung pada mesin pencari
di internet. Menurut riset yang dilakukan Matthew Fisher, ketergantungan pada
mesin pencari membuat kita merasa lebih tahu banyak daripada keadaan
sebenarnya. Membuat kita merasa lebih pintar, sekalipun hasil pencarian tidak
sepenuhnya menjelaskan apa yang kita cari.
Karena itu, ketika kita tidak dapat mengakses mesin pencari, apa yang kita ketahui tentang sesuatu itu menjadi tidak akurat, dan menunjukkan betapa besar ketergantungan kita pada internet. Kita jadi melupakan sumber informasi lain yang juga tak kalah penting.
(Baca juga : it's okay not to be okay)
6. Sok tahu. Seringkali, orang
yang mengklaim tahu banyak, ternyata tidak tahu apa-apa, atau pengetahuannya
tidak sebanyak yang digembar-gemborkan. Peneliti tentang hal ini memberi
contoh, "Semakin percaya seseorang tentang isu keuangan secara umum, mereka
akan semakin mudah terjebak istilah dalam keuangan yang belum tentu
benar".
Pola yang sama ditemukan di
bidang biologi, sastra, filsafat, dan geografi. Meski demikian, hasil
penelitian yang dilansir di jurnal Psychological Science (2015) itu, menyatakan
bahwa tak mudah menebak seberapa dalam pengetahuan seseorang, khususnya bagi
mereka yang percaya diri punya pengetahuan tentang sesuatu.
Namun tidak berlaku sebaliknya:
Orang yang merasa tidak tahu apa-apa, tidak berarti dia sebenarnya seorang ahli
dalam bidang tertentu. Paling tidak, belum ditemukan hasil penelitian yang
menjawab hipotesis tersebut.
7. Kelelahan (fatigue). Menurut
riset yang diadakan oleh Dr. Ranjana Mehta, kelelahan atau fatigue disebabkan
karena stres mental dan fisik. Hal ini menyebabkan penurunan fungsi area otak
yang digunakan untuk perencanaan dan kontrol.
8. Menonton porno. Sebuah penelitian
mengungkapkan, bahwa menonton film porno dapat berdampak buruk bagi kesehatan
otak. Para peneliti di Jerman menemukan, terlalu sering atau secara teratur
menonton film atau video porno dapat membuat volume otak di daerah striatum
mengalami penyusutan. Striatum merupakan daerah di otak yang berkaitan dengan
motivasi.
Ahli Bedah Otak dari AS, Dr.
Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit,
karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak, atau dengan kata lain merusak
otak.
Terjadi perubahan fisiologis
ketika seseorang memasukkan gambar-gambar pornografi lewat mata ke otaknya. Dr.
Mark Kastelmen memberi nama pornografi sebagai visual cocain atau narkoba lewat
mata. Bagian otak yang paling dirusak adalah pre frontal cortex (PFC) yang
membuat seseorang sulit membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan
emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai
pengendali impuls-impuls.
Source : hellosehat.com,beritagar.id
No comments: